Distribusi Tersendat, Pasokan LPG ke Sabang Belum Kembali Normal

 

Foto | Ist

Sabang.AGN - Pasokan Liquefied Petroleum Gas (LPG) di Kota Sabang hingga kini masih mengalami kendala serius dan belum kembali normal. 

Realisasi pasokan gas tercatat menurun hingga sekitar 40 persen dari kondisi normal, sehingga berdampak langsung terhadap masyarakat serta pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang sangat bergantung pada LPG untuk kebutuhan rumah tangga dan operasional usaha.

Distributor Agen PT Gas Aneuk Meutuah, Munazar Ismail, menegaskan bahwa kuota LPG dari Pertamina untuk wilayah Sabang tidak mengalami pengurangan. Namun, jumlah LPG yang diterima agen tidak penuh seperti biasanya, sehingga distribusi ke pangkalan dan masyarakat menjadi tidak lancar.

“Kuota LPG dari Pertamina tidak berkurang. Yang terjadi saat ini, pasokan yang masuk tidak penuh karena kendala distribusi dan antrean pengisian di SPBE, sehingga gas yang kami terima tidak maksimal,” ujar Munazar, Selasa (16/12/2025).

Ia menjelaskan, gangguan pasokan tersebut bukan disebabkan oleh kebijakan pengurangan kuota, melainkan akibat terganggunya jalur distribusi. Bencana banjir yang melanda sejumlah wilayah di Provinsi Aceh beberapa waktu lalu turut menghambat akses transportasi, sehingga pengiriman LPG ke Sabang mengalami keterlambatan.

Selain itu, keterlambatan pasokan juga dipicu oleh antrean panjang pengisian di Stasiun Pengisian Bulk Elpiji (SPBE). Armada pengangkut LPG dari berbagai daerah harus menunggu lebih lama untuk proses pengisian, yang berdampak pada tertundanya pengiriman ke daerah tujuan, termasuk Kota Sabang.

Munazar kembali menegaskan, berkurangnya LPG di lapangan bukan karena kuota dipangkas, melainkan karena pasokan tidak dapat dikirim secara maksimal akibat kendala tersebut.

Dalam kondisi normal, alokasi LPG bersubsidi ukuran 3 kilogram untuk Kota Sabang mencapai sekitar 20.000 tabung per bulan. Sementara itu, untuk LPG non-subsidi, alokasi bulanan masing-masing sekitar 300 tabung ukuran 5 kilogram dan 500 tabung ukuran 12 kilogram. Namun, keterbatasan pasokan saat ini turut mempengaruhi kelancaran distribusi LPG non-subsidi.

“Untuk gas non-subsidi di Sabang, kuotanya sekitar 300 tabung ukuran 5 kilo dan 500 tabung ukuran 12 kilo per bulan. Akibat antrean di SPBE, distribusi gas non-subsidi ke Sabang juga ikut terdampak,” jelasnya.

Berkurangnya pasokan menyebabkan mekanisme distribusi ke pangkalan dan pengecer harus dilakukan secara bergiliran. Akibatnya, masyarakat harus menunggu lebih lama untuk mendapatkan LPG. Kondisi ini paling dirasakan oleh pelaku UMKM, khususnya pedagang makanan dan minuman di kawasan wisata, yang sangat bergantung pada LPG untuk menjalankan usaha sehari-hari.

Sejumlah pedagang mengaku terpaksa mengurangi aktivitas usaha akibat keterbatasan bahan bakar. Jika kondisi ini terus berlanjut, dikhawatirkan akan berdampak pada pendapatan pelaku usaha kecil serta aktivitas ekonomi masyarakat di Kota Sabang.

Kondisi tersebut diharapkan mendapat perhatian serius dari pihak Pertamina dan Pemerintah Daerah. Diperlukan langkah cepat serta koordinasi yang baik untuk mengatasi kendala distribusi LPG ke Sabang, agar pasokan gas kembali normal dan kebutuhan masyarakat serta pelaku UMKM dapat terpenuhi secara berkelanjutan.[]

0 Komentar