
Foto | Lampu taman Kota Sabang
SABANG selalu punya cara untuk memikat hati para wisatawan. Selain dikenal dengan kota yang indah dengan panorama air laut biru jernih, pantai berpasir putih, dan udara tropis yang menyejukkan.
Kini Sabang telah berbenah diri dengan meningkatkan keindahan kota yang menghadirkan pesona baru yang tak kalah memikat. Gemerlap aneka cahaya lampu hias di malam hari menjadikan Sabang kini lebih indah dan tampil beda.
Tak ayal, di bawah kepemimpinan Wali Kota Sabang terpilih, Zulkifli H Adam dan Wakil Wali Kota Suradji Junus, Pemerintah Kota Sabang bersama Dinas Pariwisata mengambil langkah tepat mempercantik hampir di sepanjang pinggiran jalan kota wisata ini.
Terlihat sekarang pemasangan lampu hias LED dilakukan di pohon-pohon besar dimulai dari sepanjang jalan protokol, area taman kota, alun alun, hingga ruang publik yang sering dikunjungi masyarakat dan wisatawan terlibat indah menawan.
Tujuannya memang sederhana namun di balik ini semua penuh
makna yang sangat luar biasa.
![]() |
| Foto | Lampu jalan disepanjang jalan T Umar menuju depan Kantor Wali Kota Sabang |
Wajah kota terlihat berubah menambah daya tarik bagi wisatawan yang datang ke Sabang. Sehingga menciptakan suasana gemerlap penuh warna megis di malam hari.
“Kita ketahui besama pembangunan pariwisata saat ini menjadi salah satu penggerak dan penopang hidup dalam menciptakan peluang dan kesempatan kerja. Saya pikir. Sabang harus tampil lebih cantik dan ramah, baik siang maupun malam hari,” ujar Wali Kota Zulkifli H Adam.
Menurutnya, langkah ini seolah menegaskan bahwa Sabang tidak hanya indah ketika disinari matahari, tetapi juga memesona ketika disinari cahaya lampu.
Lampu hias bukan sekadar pelengkap, melainkan transformasi visual yang mampu mengubah suasana. Saat matahari terbenam dan gelap menyelimuti kota, lampu-lampu LED berwarna-warni itu mulai menyala, menghiasi batang dan dahan pohon dengan cahaya gemerlap.
Pohon-pohon tua peninggalan Kolonial Belanda yang dulu tampak menyeramkan di malam hari kini sudah tampil anggun bahkan romantis. Wisatawan yang berjalan di trotoar atau duduk di taman kota bisa merasakan suasana berbeda seolah berada di kota wisata modern, namun tetap berpadu dengan sejarah panjang Kota Sabang.
![]() |
| Foto | Alun alun didepan Kantor Wali Kota Sabang |
Tak hanya itu katanya, area publik seperti taman kota kini menjadi lebih hidup. Jika sebelumnya suasana malam cenderung sepi, kini lampu hias berhasil menarik perhatian warga dan wisatawan untuk singgah, bersantai, bahkan berswafoto.
“Lampu-lampu hias ini menciptakan atmosfer yang ramah dan nyaman. Kota terasa lebih hidup, bahkan kini lebih bersahabat,” ungkapnya.
Senada dengan itu juga diungkapkan Kepala Dinas Pariwisata Sabang Harry Susethia S. T., M.T menilai keindahan aneka warna lampu telah menambah daya tarik wisata alam Kota Sabang.
Karena diketahui bersama sektor pariwisata identik dengan aktivitas siang hari, terutama di kota-kota yang memiliki pantai dan laut seperti Sabang. Namun, langkah Pemerintah Kota Sabang kini membuka peluang baru wisata malam.
Dengan hadirnya lampu hias, wisatawan kini punya alasan untuk tetap berada di pusat kota selepas beraktivitas di siang hari. Artinya, setelah menikmati snorkeling atau menyelam di perairan Sabang, mereka bisa melanjutkan pengalaman dengan berjalan santai di jalan protokol yang terang benderang dan penuh warna.
Konsep ini selaras dengan tren pariwisata global, di mana kota-kota wisata tidak hanya mengandalkan keindahan alam, tetapi juga menghidupkan suasana malam dengan pencahayaan artistik.
![]() |
| Foto | Lampu Hias di jalan Malahayati menuju area Sabang Fair |
Bangkok, Singapura, hingga Kuala Lumpur telah lama menjadikan cahaya lampu sebagai daya tarik tambahan. Sabang yang kini mulai menapaki jejak serupa, tentu dengan ciri khasnya sendiri.
Keberadaan lampu hias juga diyakini akan berdampak pada ekonomi lokal. Saat malam hari menjadi lebih ramai, pedagang kecil hingga pelaku UMKM berpotensi merasakan peningkatan pendapatan.
"Di sekitar taman kota, misalnya, warung kopi dan pedagang makanan ringan bisa lebih banyak dikunjungi. Wisatawan yang datang untuk menikmati suasana malam dengan lampu hias tentu tak lengkap tanpa mencicipi kuliner khas Sabang. Dari sate gurita, mie jalak, hingga kopi Aceh, semua mendapat panggung baru di bawah cahaya lampu.
Inilah yang disebut sebagai multiplier effect dari pariwisata. Pemasangan lampu hias bukan hanya soal estetika, melainkan juga strategi ekonomi yang mendorong perputaran uang di masyarakat.
Salah satu aspek paling menonjol dari program ini adalah pemanfaatan pohon tua berusia ratusan tahun sebagai media pencahayaan. Pohon-pohon peninggalan kolonial Belanda, yang berdiri gagah sejak awal abad ke-20, kini tampil mempesona dengan lilitan lampu LED.
Di siang hari, pohon-pohon itu sudah menjadi peneduh alami. Namun di malam hari, mereka berubah menjadi instalasi seni cahaya yang mengundang decak kagum. Wisatawan pun kerap mengabadikan momen tersebut dalam foto dan membagikannya di media sosial sehingga menjadi promosi gratis bagi pariwisata Sabang.
Meski begitu, pemerintah tetap mengingatkan masyarakat agar
berhati-hati saat berada di bawah pohon tua, terutama pada musim hujan dan
angin kencang. Beberapa dahan yang rapuh berpotensi membahayakan. Imbauan ini
penting agar keindahan tidak mengurangi aspek keselamatan, tutupnya.(ADV)



0 Komentar