Ramadan Momentum Kita Meningkatkan Ketakwaan

 

Foto | Tradisi jual daging megang menyambut bulan suci ramadan di Sabang.

PEJABAT Wali Kota Sabang Andre Nourman, mengajak masyarakat Sabang menyambut bulan ramadan 1446 Hijriah ini sebagai momentum  meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.

Karena ramadan itu bukan hanya sekedar menahan lapar dan dahaga semata saja, tapi bagaimana dalam menjalankan ibadah puasa dapat meningkatkan ketakwaan.

Apabila puasanya tidak melahirkan ketakwaan, berarti puasanya seperti yang disebutkan oleh Hadist Nabi, hanya sekedar puasa lahiriah yang hanya mengalami lapar dan dahaga semata-mata.

Foto | Warga Sabang antusias belanja daging megang menyambut ramadan.

Bulan ramadan adalah bulan yang penuh berkah dengan limpahan rahmat dan ampunan Allah SWT. Sudah selayaknya dijadikan momentum untuk belajar mengendalikan hawa nafsu serta meningkatkan ketakwaan kepada sang maha pencipta.

Oleh karena itu bulan ramadan harus dimaksimalkan juga sebagai momentum untuk perbaikan diri.

Mungkin banyak orang bertanya bagaimana cara menjadi diri sendiri ketika berada dalam kegalauan dan rasa cemas, tak tahu ke arah mana melangkah dalam hidup.

Sehingga berbagai pengaruh yang datang dari luar menjadikan dirinya tak kenal lagi siapa diri yang sebenarnya.

Foto | Pasar pagi di jalan perdagangan Sabang sudah ramai didatangi masyarakat dari berbagai penjuru sehabis salat subuh.

"Memang tidak ada manusia yang sempurna, semua kita tidak luput melakukan kesalahan atau dosa tapi, kita diberi kesempatan dan waktu agar mau belajar untuk senantiasa memperbaiki diri menjadi baik kembali.

Bisa jadi beberapa hari adalah hari yang kita anggap baik, beberapa hari berikutnya kita merasa terpuruk, terjebak emosi atau terjebak dalam perilaku yang tidak pantas karena satu dan lain hal," ungkap Andre Nourman.

Menurutnya, beberapa kesalahan kecil, misalnya tak sengaja menjatuhkan barang orang lain atau tersenggol orang lain ketika sedang berjalan di keramaian atau kesalahan yang dianggap besar misalnya melakukan gibah terhadap orang lain, tentunya semua kerap terjadi dalam kehidupan ini tanpa disadari.

"Intinya, kalau kita menyadari kesalahan atas perbuatan kita maka itu adalah sifat menuju perbaikan hidup dan ada niat untuk memperbaiki diri.

Foto | Masyarakat Sabang terlihat antri membeli berbagai keperluan menyambut megang puasa
Namun semua itu harus diiringi dengan usaha yang maksimal. Tidak ada cara menjadi baik kecuali dengan niat dan kemauan yang ikhlas untuk memperbaiki diri dengan bersungguh-sungguh melakukannya bukan hanya ikrar di mulut saja," ujarnya.

Lebih lanjut juga dikatakan, sebaliknya bagaimana kalau justru orang lain yang melakukan kesalahan kepada diri kita dengan melakukan tindakan yang tidak sepantasnya dan membuat hati sakit.

Tentu ini adalah ujian untuk menguji kesabaran dan bagaimana membuat kita sabar agar bisa naik derajat menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya.

Sehingga bila ini dapat dilewati maka, sukses dan kejayaan bisa diraih. Itulah yang seharusnya perlu dilakukan, karena dalam islam itu tidak pernah mengajarkan dendam justru mengajarkan orang untuk memaafkan sesama.

Memberi ampun itu adalah cara menjadi baik dan cara memperbaiki diri saat kebanyakan orang justru lebih suka menyimpan dendam dan berniat melakukan pembalasan. Pengampunan akan membantu untuk mencapai kebaikan dalam perbaikan diri menjadi manusia yang bertakwa.

Foto | Aktivitas masyarakat saat berada di pasar pagi sabang menjelang Ramadan

"Intinya, perilaku positif akan menarik kebaikan bagi siapa pun yang mau berusaha untuk berubah. Jika kita tidak membuka pintu maaf maka, sebagian dari energi kehidupan di batin kita akan terjebak dalam kebencian, kemarahan, rasa sakit, atau penderitaan dari berbagai macam hal.

Sehingga kehidupan yang terjebak ini akan membatasi diri kita. Ini seperti mencoba untuk naik sepeda dengan sebagian rem. Pasti tentunya akan memperlambat  membuat frustrasi dan sulit untuk mengubah perilaku perbaikan diri," katanya.

Maka dari itu marilah kita belajar untuk mengampuni diri sendiri dan belajar membuka pintu maaf. Ketika melaksanakan ibadah puasa, berarti umat islam telah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi setiap larangannya.

Hal ini adalah bentuk ketakwaan,  dimana bentuk takwa dalam ibadah puasa juga dapat dilihat dari beberapa aspek lainnya seperti, orang yang melaksanakan ibadah puasa akan meninggalkan setiap larangan seperti makan, minum, berjima dengan istri dan sebagainya.

Berpuasa di bulan suci ramadan berarti mengontrol hawa nafsunya, sesuai dengan perintah Allah SWT. Hal ini dilakukan demi mendekatkan diri pada Allah SWT dan mendapatkan pahala darinya.

Orang yang melaksanakan ibadah puasa sebenarnya mampu untuk melakukan segala kesenangan duniawi yang dilarang selama sedang puasa. Namun, karena menyadari bahwa Allah maha mengetahui, maka ia menekan segala keinginan itu secara sadar dan ikhlas.

Orang yang melaksanakan ibadah puasa juga akan merasa senang melakukan berbagai amalan yang menunjukkan ketaatan dan ketaatan adalah jalan menggapai takwa.

"Jadi, inilah sebenarnya kesempatan bagi kita menjadikan momentum menyambut bulan ramadan ini sebagai ajang perbaikan diri untuk terus meningkatkan ketakwaan dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Mudah-mudahan selama kita menjalan ibadah puasa di bulan ramadan tahun ini, kita semua mendapatkan keberkahan dan ampunan dari Allah SWT, Aamiin Ya Rabbal Alamin," tutupnya.[ADV]

0 Komentar