Foto | Kepala Bappeda Kota Sabang M. Iqbal Sofyan, S.STP
Penulis: M. Iqbal Sofyan, S.STP (Kepala Bappeda Kota Sabang)
KEMISKINAN merupakan salah satu masalah sosial yang paling
kompleks dan persisten di berbagai belahan dunia, termasuk di Kota Sabang. Meskipun
berbagai program pengentasan kemiskinan telah dilaksanakan, tantangan untuk menciptakan perubahan yang
berkelanjutan masih tetap ada dan belum berjalan
sesuai harapan.
Namun, salah satu pendekatan yang semakin mendapat perhatian
dalam upaya mengatasi kemiskinan adalah melalui peningkatan kemandirian
masyarakat miskin. Konsep ini tidak hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
dasar, tetapi juga memberdayakan individu dan komunitas untuk menjadi agen
perubahan bagi diri mereka sendiri.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Sabang
dalam rangka mengentaskan kemiskinan adalah melalui program Pengentasan
Kemiskinan untuk Kemandirian (PEKA).
Program yang diprakarsai oleh Kepala Bappeda Kota Sabang ini
mengedepankan pendekatan melalui pendataan karakteristik kemiskinan di Kota
Sabang.
Harapannya, dengan memahami karakteristik kemiskinan dapat
teridentifikasi secara spesifik kondisi kemiskinan seperti tingkat kemiskinan,
dimensi kemiskinan, penyebab kemiskinan, dan karakteristik kelompok masyarakat
miskin.
Pemahaman secara mendalam tentang kondisi kemiskinan akan
membantu pemerintah kota dan pihak terkait dalam merancang dan melaksanakan program-program
yang lebih efektif untuk mendorong kemandirian dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Konsep kemandirian ini tidak berarti menghilangkan peran
pemerintah atau lembaga sosial dalam memberikan dukungan.
Sebaliknya, peran yang dilakukan tersebut adalah tentang
menciptakan ekosistem di mana masyarakat miskin dapat memanfaatkan sumber daya
dan peluang yang ada dalam mengembangkan potensi mereka sepenuhnya.
Dan perlu diketahui membangun kemandirian masyarakat miskin
juga bukanlah tugas yang mudah atau cepat, dibutuhkan proses serta dukungan
dari semua pihak.
Artinya, ini semua akan terwujud bila ada kolaborasi bersama
untuk mencapai komitmen jangka panjang melalui pendekatan yang holistik dari
berbagai pihak.
Bila ini nantinya berhasil dan terwujud sesuai harapan
dipastikan akan dapat membawa perubahan yang transformatif dan berkelanjutan.
Beberapa strategi yang perlu dilakukan antara lain adalah;
- Membangun Kemandirian Masyarakat Miskin lewat program
PEKA.
Program PEKA tidak hanya berkutat pada pendataan
karakteristik kemiskinan tapi ditindaklanjuti melalui strategi dan program yang
mendorong kemandirian masyarakat miskin.
Adapun trategi dan program yang ditempuh adalah pendekatan
partisipatif melalui pelibatan masyarakat miskin dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi program-program pemberdayaan.
Ini bertujuan untuk memastikan bahwa intervensi yang
dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi mereka.
Pengembangan kapasitas berkelanjutan melalui penyediaan
program pengembangan kapasitas yang berkelanjutan, tidak hanya berfokus pada
pelatihan jangka pendek tetapi juga pendampingan jangka panjang.
Mengintegrasikan berbagai program pemberdayaan untuk
menciptakan dampak yang lebih komprehensif. Misalnya, menggabungkan program
pelatihan keterampilan dengan akses terhadap modal dan pasar.
Memanfaatkan teknologi untuk memperluas akses terhadap
informasi, pasar, dan layanan keuangan. Penggunaan aplikasi mobile untuk
edukasi keuangan atau platform e-commerce untuk pemasaran produk lokal adalah
contoh-contoh konkret.
Membangun kemitraan antara pemerintah, sektor swasta,
lembaga pendidikan, dan organisasi masyarakat sipil untuk menciptakan ekosistem
yang mendukung kemandirian masyarakat miskin.
- Tantangan dalam Membangun Kemandirian.
Meskipun konsep kemandirian masyarakat miskin menawarkan
pendekatan yang menjanjikan, terdapat beberapa tantangan dalam implementasinya
yaitu;
keterbatasan sumber daya baik dari aspek finansial maupun
manusia, dapat menghambat pelaksanaan program-program pemberdayaan secara
efektif.
Resistensi masyarakat terhadap perubahan, terutama jika
mereka telah terbiasa dengan pola bantuan langsung.
Ketidaksetaraan struktural dalam masyarakat, seperti
diskriminasi atau keterbatasan akses terhadap layanan publik, dapat mempersulit
upaya membangun kemandirian.
Keberlanjutan program-program pemberdayaan setelah dukungan eksternal berkurang merupakan tantangan tersendiri.
Pada akhirnya, perlu penulis sampaikan bahwa, kemandirian masyarakat miskin bukan hanya tentang pengentasan kemiskinan, tetapi juga tentang membangun masyarakat yang lebih adil, inklusif, dan berkelanjutan.
Ini semua adalah investasi dalam sumber daya manusia yang
paling berharga khususnya bagi mereka yang mempunyai potensi dan martabat
setiap individu untuk mengapai kehidupan yang lebih baik bagi diri mereka
sendiri dan generasi mendatang.
0 Komentar