Adhi mengatakan jenis makanan dan minuman yang akan naik tersebut terutama yang berbahan baku biji-bijian, di samping juga adanya harga energi akan meningkat turut mempengaruhi harga tersebut.
"Karena kemarin kenaikan BBM kita hampir tidak naik harga. Kita akan reviu akhir tahun ini atau awal tahun depan, kemungkinan perkiraan saya akan naik sekitar 5-7 persen harga produk jadi," kata Adhi kepada awak media saat ditemui di ICE BSD Tangerang, Rabu (19/10).
Kendati harga diprediksi melonjak, Adhi mengatakan dari segi pasokan bahan pangan di Indonesia menurutnya tidak akan ada masalah. Pasalnya Indonesia mempunyai banyak mitra dagang yang dapat memasok bahan pangan ke dalam negeri.
"Tapi masalahnya memang harga, saya perkirakan harga tahun depan akan meningkat. Karena sekarang ini geopolitik belum tentu, perang masih ada. Otomatis, pertanian, pupuk, energi, segala macam akan terganggu," kata dia.
Menurut Adhi, Indonesia memiliki hubungan mitra dagang yang baik dengan negara-negara lain. Dia mencontohkan ketika pasokan gandum tersendat dari Ukraina, maupun ketika India melarang ekspor gandum, Indonesia masih bisa mendapatkan pasokan gandum dari Australia, Brasil, Argentina hingga Amerika.
"Cuma harganya memang tinggi," imbuhnya.
Dia juga menyorot bagaimana dampak potensi konflik China dengan Taiwan ke Indonesia. Dia menjelaskan bahwa dampaknya sudah dirasakan Indonesia ketika pasokan bahan baku dari China sempat terhambat.
"Bahan baku untuk bahan makanan seperti asam nitrat, segala macam itu terganggu sedikit. Bijian hortikultura seperti cabai, bawang, dan lain-lain itu sedikit terganggu. Tapi untungnya enggak berlangsung lama. Ini yang kita lihat masih bisa dikendalikan," ujarnya.
Sumber : Kumparan.com
0 Komentar