Rusia Semakin Keteteran di Ukraina, Ada Apa Putin?

 

Foto: Gambar selebaran yang dirilis oleh Dinas Keamanan Ukraina ini menunjukkan kebakaran yang dipicu oleh bom mobil yang meledak di jembatan utama yang menghubungkan Krimea ke Rusia, dekat Kerch, pada 8 Oktober 2022. AFP/-

Jakarta.AGN - Sejak serangan 24 Februari, pasukan Rusia dikabarkan sudah mulai melemah di Ukraina. Meski begitu belum terlihat ada tanda-tanda perang Moskow dengan Kyiv akan segera berakhir.

Ada alasan mengapa pasukan Presiden Rusia Vladimir Putin itu makin melemah. Kepala Badan Intelijen Kyrylo Budanov menjelaskan ada dua penyebab utama adalah kelelahan moral dan fisik, serta basis sumber daya Moskow yang milai habis.

"Rusia agak serius memperlambat tempo serangannya," kata Kyrylo, dikutip dari Reuters. "Alasan untuk ini adalah kelelahan basis sumber daya mereka, serta kelelahan moral dan fisik dari pertempuran."

Khusus di Krimea, misalnya, wilayah yang dianeksasi Rusia sejak 2014 dan jadi pangkalan militer, Budanov mengatakan bahwa sistem pertahanan udara sudah benar-benar tidak berfungsi. Serentetan ledakan di fasilitas militer semenanjung itu pada September lalu menjadi salah satu bukti nyatanya.

"Krimea dipertahankan oleh sistem pertahanan udara terbaik Rusia," katanya. "Namun itu tidak benar-benar berfungsi dan mereka tidak mampu mempertahankan wilayah yang direbut dari Ukraina".

Melemahnya serangan sebenarnya juga sempat diakui sendiri oleh Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu. Ia menegaskannya saat berkunjung ke Tashkent, Uzbekistan beberapa waktu lalu.

Namun, bukan karena pasukan Putin sudah kalah. Mengutip laman yang sama, ia mengatakan negerinya memang sengaja memperlambat serangan di Ukraina untuk mengurangi korban sipil.

"Selama operasi khusus, kami secara ketat mengamati norma-norma hukum humaniter. Serangan dilakukan dengan senjata presisi tinggi pada objek infrastruktur militer Angkatan Bersenjata Ukraina," katanya.

"Titik kontrol, lapangan udara, gudang, area berbenteng, objek kompleks industri militer. Pada saat yang sama, semuanya dilakukan untuk menghindari korban sipil. Tentu saja, ini memperlambat laju serangan, tetapi kami melakukannya secara sadar," tambahnya lagi.

Rusia sudah menyerang Ukraina selama delapan bulan. Pekan lalu, Putin menyatakan bahwa empat wilayah Ukraina sekarang menjadi milik Rusia. Pemimpin Rusia itu mengutip referendum, yang secara luas dipandang sebagai kecurangan dan ilegal oleh pemerintah Barat, yang diadakan di wilayah Ukraina yang diduduki Rusia.

Sejauh ini, PBB memperkirakan bahwa invasi Rusia telah merenggut lebih dari 6.000 nyawa warga sipil dan menyebabkan lebih dari 8.600 luka-luka. Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia menambahkan bahwa jumlah korban tewas di Ukraina kemungkinan lebih tinggi.


Dilansir dari laman CNBC Indonesia

0 Komentar