Putin Disebut Bakal Jatuhkan Bom Nuklir jika Kalah di Ukraina


AGN - Presiden Rusia Vladimir Putin dapat mengerahkan senjata nuklir di Ukraina jika dia merasakan adanya kekalahan strategis. Hal ini diperingatkan oleh Jenderal Sir Richard Barrons, mantan panglima Komando Pasukan Gabungan Inggris.

"Jika Putin merasakan kekalahan strategis, dia kemungkinan akan menggunakan senjata nuklir taktis," kata Barrons, mengutip Express, Senin (8/8/2022).

Barrons menggambarkan pemikiran nuklir Rusia sebagai menerima penggunaan senjata nuklir kecil untuk menimbulkan kerusakan yang tidak dapat diterima pada lawan sebagai sarana pemaksaan, terutama dalam keadaan di mana keberadaan negara dipertanyakan.

Putin sebelumnya memang telah memperingatkan masyarakat internasional agar tidak terlibat dalam perangnya dengan Ukraina. Ia juga mengatakan intervensi akan mengarahkan situasi pada konsekuensi yang belum pernah ditemui dalam sejarah dunia.

Barrons kemudian menunjuk pada skenario di mana Rusia mengklaim bagian dari Ukraina yang diduduki, seperti wilayah Donetsk dan Luhansk yang membentuk Donbas, yang akan menginspirasi pasukan Ukraina untuk membalas.

"Sebelum akhir tahun ini, Rusia akan menyatakan wilayah Ukraina yang diduduki sebagai bagian dari negara Rusia. Jadi jika serangan Ukraina bergulir di perbatasan baru yang dideklarasikan sendiri ini, penggunaan senjata nuklir untuk menghentikan serangan akan ada di atas meja," katanya.

Kota Kramatorsk di Ukraina, dengan sekitar 150.000 penduduk, hanya beberapa mil dari garis depan Donetsk, bisa menjadi target serangan nuklir terbatas.

"Menurut Nukemap, hulu ledak 10 kiloton yang diledakkan 2.200 kaki di atas kota seukuran Kramatorsk di Donbas akan menghasilkan bola api dengan radius sekitar 500 kaki, dosis radiasi yang fatal hingga sekitar 0,6 mil. Kerusakan ledakan yang cukup untuk meruntuhkan bangunan dan menyebabkan luka bakar tingkat tiga satu mil jauhnya," jelasnya.

"Itu akan memecahkan jendela sejauh 2,6 mil," ujarnya, menambahkan langkah seperti itu akan menciptakan rasa bahaya yang besar di seluruh dunia.

Itu juga akan menjadi serangan yang akan dibatasi di dalam perbatasan Ukraina, tambahnya.

"Ini akan menjadi penggunaan pertama senjata nuklir selama 77 tahun, melanggar tabu yang sangat besar, tetapi ini tidak terbayangkan bagi Rusia jika tujuannya membenarkannya di mata mereka," tambahnya.

Sebagaimana diketahui, tak lama setelah meluncurkan serangan ke Ukraina, Putin menempatkan program nuklir Rusia dalam siaga tinggi. Bahkan pada April, menteri luar negeri Sergei Lavrov mengatakan risiko konflik nuklir cukup besar.

Dilansir dari laman CNBCIND

0 Komentar