Moderna Prediksi Ada Varian Baru Covid yang Lebih Berbahaya

 

Foto: Vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech dan Moderna (REUTERS/David W Cerny)

Jakarta.AGN - Perusahaan farmasi Moderna memprediksikan kemunculan varian baru Covid-19 di masa depan akan lebih berbahaya.

Menurut Moderna, ada kemungkinan 20 persen varian Covid baru mungkin lebih berbahaya daripada yang sudah diketahui saat ini.

"Saya pikir, ada kemungkinan 80 persen bahwa varian yang akan kita lihat di masa depan dapat dikelola dari sudut pandang keparahan dan produksi vaksin. Tapi kita harus selalu sangat berhati-hati, karena ada kemungkinan 20 persen akan ada varian baru yang sangat mematikan," kata CEO Moderna Stéphane Bancel, dikutip Hindustan Times, Sabtu (26/3/2022).


Tak hanya Bancel, kepala penasehat medis Gedung Putih, Dr Anthony Fauci, menyatakan keraguannya bahwa varian Omicron merupakan tanda akhir pandemi Covid-19 di dunia. Ia menyebut masih ada peluang kemunculan varian lain yang lebih berbahaya.

Fauci mengatakan bahwa prediksi seperti ini masih terlalu dini. Ia bahkan mempertanyakan kembali mengenai apakah vaksinasi juga merupakan jalan keluar yang terbaik.

"Ini adalah pertanyaan terbuka apakah vaksinasi virus hidup yang diharapkan semua orang," katanya dikutip CNBC International.

"Saya berharap itu masalahnya. Tapi itu hanya akan terjadi jika kita tidak mendapatkan varian lain yang lolos dari respon imun dari varian sebelumnya." imbuhnya.

Bahkan, Fauci juga menyebut bahwa Omicron kemungkinan besar tidak akan mungkin hilang. Sebaliknya, itu akan tetap ada di masyarakat pada tingkat endemik.

Hal serupa juga ditegaskan profesor penyakit menular baru di London School of Hygiene and Tropical Medicine, Annelies Wilder-Smith. Ia menyebut dunia masih harus mempersiapkan diri bila varian yang lebih parah dari Omicron datang di kemudian hari.

"Memang terlalu dini untuk menyebutnya endemik. Ada kemungkinan besar bahwa kita akan memiliki varian baru," tuturnya.

Varian Omicron sendiri saat ini masih menjadi kekhawatiran baru. Varian ini memiliki kekuatan penularan yang sangat masif.


Dilansir dari laman CNBC Indonesia

0 Komentar