Foto | Tour Guide Basirun Nazir saat melihat Paus Biru di sekitar perairan Sabang
SABANG kembali mencuri perhatian dunia. Bukan hanya karena bentang lautnya yang memesona atau terumbu karang yang alami, melainkan karena kehadiran makhluk laut terbesar di dunia: Paus Biru (Balaenoptera musculus). Fenomena langka ini terjadi di kawasan wisata Taman Laut Pulau Rubiah, tepatnya di perairan Iboih, Kota Sabang, pada Senin, 19 Mei 2025.
Waktu menunjukkan pukul 10.00 WIB saat beberapa pelaku wisata yang tengah memandu tamu asing melakukan snorkeling dan fishing trip di perairan Pantai Gapang, dikejutkan dengan semburan air besar dari kejauhan. Semburan itu diikuti kemunculan sosok raksasa berwarna abu kebiruan yang perlahan muncul di permukaan laut.
Tak lama berselang, dua ekor paus lainnya menyusul, berenang perlahan menuju arah Pulau Rubiah dan memasuki kawasan Teluk Pantai Iboih. Kawanan tersebut menarik perhatian wisatawan dan warga yang tengah menikmati panorama bahari Sabang. Video dan foto dari peristiwa itu dengan cepat menyebar luas di media sosial. Dalam hitungan jam, unggahan dari akun-akun wisata seperti @travel_sabang dan @nzirr._ viral dan dibagikan ulang oleh berbagai platform pariwisata nasional.
"Kami tidak percaya pada awalnya. Ini pertama kali Paus Biru muncul di Sabang. Selama ini kami hanya melihat Lumba-lumba dan kadang Orca. Tapi Paus Biru? Ini sejarah," ujar Bashirun Nazir, pelaku wisata sekaligus pemandu snorkeling di kawasan Iboih, kepada Kompas.com.
Foto | Paus sebelum masuk ke taman laut Iboih terlebih dahulu masuk Pantai Gapang
Paus Biru dikenal sebagai mamalia laut yang hidup di perairan dalam. Biasanya mereka bermigrasi di sekitar Samudra Hindia, Antartika, atau lautan dalam lainnya yang kaya plankton dan bebas dari gangguan manusia. Karena itu, kemunculan mereka di perairan relatif dangkal seperti Teluk Iboih dianggap sebagai indikator alami bahwa perairan Sabang memiliki kualitas ekosistem laut yang sangat baik.
"Kalau Paus Biru saja mau mampir ke sini, artinya laut kita masih sehat. Tidak semua tempat bisa mendapatkan kehormatan seperti ini," ujar Bashirun.
Bagi masyarakat Sabang, kemunculan Paus Biru menjadi cerita yang menggembirakan sekaligus menakjubkan. Masyarakat pesisir yang akrab dengan kehidupan laut sekalipun mengaku baru kali ini menyaksikan langsung mamalia laut sebesar itu dari dekat.
Menurut penuturan beberapa nelayan setempat, sebelum muncul ke permukaan, kawanan paus sempat terlihat berenang beriringan, sesekali mengibaskan ekornya yang besar. Ukurannya luar biasa: mencapai panjang sekitar 25–30 meter dan berat yang diperkirakan lebih dari 100 ton. Hewan ini jelas menjadi pemandangan tak biasa yang menandai tingginya nilai konservasi perairan Sabang.
Foto | Paus Biru (Balaenoptera musculus) saat memasuki taman laut Iboih
Saksi mata lain, Zulfikar, seorang pemandu wisata laut yang saat itu membawa tamu mancanegara untuk memancing, membenarkan bahwa awalnya mereka melihat semburan air di area Pantai Gapang. Ia lalu membawa perahu motor kecil mendekat ke arah semburan.
"Kami pikir itu hanya Lumba-lumba atau ikan besar. Tapi setelah lebih dekat, kami kaget melihat punggung besar berwarna biru keabu-abuan muncul dari air. Lalu muncul dua lagi. Ini bukan Lumba-lumba, ini Paus Biru," ujar Zulfikar.
Ketiganya lalu mengikuti arus menuju Pulau Rubiah dan akhirnya menetap sebentar di Teluk Iboih. Di sana, mereka terlihat berenang santai, muncul ke permukaan secara berkala untuk mengambil udara, lalu menyelam kembali ke kedalaman. Menurut Zulfikar, hal yang paling aneh adalah tidak terlihatnya kawanan Lumba-lumba yang biasanya selalu menghiasi kawasan tersebut.
"Biasanya kami selalu melihat Lumba-lumba di pagi hari. Tapi saat Paus Biru muncul, Lumba-lumba seperti menghilang. Mungkin mereka menjaga jarak atau berpindah sementara karena kehadiran paus," tambahnya.
Foto | Paus Biru memperlambat gerakannya saat di sekitar pulau Rubiah
Peristiwa alam seperti ini bukan hanya menakjubkan secara ekologis, tetapi juga mengangkat posisi Sabang sebagai destinasi wisata bahari unggulan. Daya tarik Sabang bukan sekadar pada keindahan laut dan pasir putihnya, tetapi juga pada kekayaan hayati laut yang mendukung ekowisata berkelanjutan.
Dengan munculnya Paus Biru, narasi promosi wisata Sabang dapat dikembangkan lebih kuat. Tidak semua destinasi memiliki kesempatan menyuguhkan pengalaman langka seperti menyaksikan mamalia laut terbesar di dunia di habitat aslinya.
"Ini adalah peluang besar. Paus Biru bisa jadi ikon promosi wisata baru Sabang. Tapi tentu saja kita harus tetap menjaga laut agar tetap lestari," kata Fajri Maulana, pengamat pariwisata Aceh.
Selama ini, Sabang dikenal luas sebagai surga bagi pecinta aktivitas snorkeling dan diving. Kawasan seperti Pulau Rubiah, Pantai Iboih, dan Pantai Anoi Itam menjadi magnet bagi wisatawan yang ingin menikmati terumbu karang, ikan tropis, dan kejernihan air laut yang memukau.
Sabang juga menawarkan paket wisata melihat kawanan Lumba-lumba liar. Aktivitas ini biasanya dimulai sejak pukul 07.00 pagi, dengan dua titik favorit: perairan sekitar Pulau Rubiah dan ujung Tugu Kilometer Nol Indonesia. Dalam kondisi normal, wisatawan bisa melihat puluhan Lumba-lumba melompat dan berenang mengikuti perahu.
"Paket ini sangat diminati. Harganya bervariasi, dari Rp500 ribu sampai Rp1 juta sekali jalan, tergantung boat dan jumlah peserta," jelas Bashirun.
Kemunculan Paus Biru juga membuka peluang bagi riset ilmiah. Para ahli biologi laut dapat melakukan studi migrasi, perilaku, dan pola makan Paus Biru yang kemungkinan besar melintas karena melimpahnya ikan kecil di musim tertentu.
Foto | Seorang anak tampak asik menyaksikan Paus Biru
Perairan Sabang memiliki potensi dikembangkan sebagai lokasi monitoring migrasi mamalia laut, sekaligus kawasan edukasi bagi wisatawan dan pelajar. Hal ini sejalan dengan program konservasi laut yang terus didorong oleh pemerintah pusat dan daerah.
"Ini bisa jadi laboratorium alam. Jika dikelola baik, bisa menjadi model sinergi antara pariwisata dan konservasi," ujar Dr. Rinaldi, dosen kelautan Universitas Syiah Kuala.
Para pelaku wisata berharap kejadian langka ini tidak hanya menjadi viral sesaat. Pemerintah daerah diharapkan cepat tanggap mengemas fenomena ini dalam narasi wisata dan mendukung promosi digital yang lebih masif.
"Kami berharap Dinas Pariwisata bisa mengangkat ini sebagai tema besar promosi. Ini momentumnya kuat, dan bisa digunakan untuk menarik lebih banyak wisatawan, apalagi dari luar negeri," kata Zulfikar.
Langkah-langkah seperti peningkatan pelatihan pemandu wisata, pembenahan infrastruktur pelabuhan kecil, serta promosi dalam berbagai pameran wisata menjadi penting agar momentum ini tidak berlalu begitu saja.
Di sisi lain, edukasi bagi masyarakat lokal tentang pentingnya menjaga ekosistem laut juga perlu ditingkatkan. Tidak cukup hanya memanfaatkan daya tarik alam, tetapi juga harus menjaga keberlanjutan ekosistem sebagai daya hidup pariwisata jangka panjang.
Foto | Munculnya Paus Biru menandakan bahwa laut Sabang masih sehat
Dengan segala keunikannya, Sabang kini tak sekadar dikenal sebagai kota paling barat Indonesia dengan Tugu KM-0 yang ikonik. Kota ini mulai diakui dunia sebagai salah satu destinasi bahari unggulan dengan kekayaan hayati laut yang tak ternilai.
Dari terumbu karang, ikan tropis, Lumba-lumba, hingga kini Paus Biru, semua menjadi daya tarik luar biasa yang hanya bisa ditemukan di Sabang. Dengan penataan yang bijak, strategi promosi yang kuat, dan komitmen menjaga lingkungan, Sabang punya potensi besar menjadi magnet pariwisata kelas dunia.
"Kami sangat bersyukur bisa
menyaksikan sendiri Paus Biru di perairan ini. Saya yakin, ini akan menjadi
awal kebangkitan pariwisata Sabang yang lebih kuat dan lebih
berkelanjutan," pungkas Bashirun dengan mata berbinar.[ADV]
0 Komentar