![]() |
Foto | Atraksi flyboarding di HUT Kota Sabang tahun 2024 |
PEJABAT Wali Kota Sabang Andri Nourman mengatakan, Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Sabang yang selalu diperingati pada 26 Juni setiap tahunnya, adalah sebuah momen sakral bagi daerah.
Hal tersebut sebagai pengingat jalan panjang yang sudah dilewati sejahu mana perkembangan kota yang sebelumnya pernah menjadi pusat perdagangan bebas kini berubah menjadi kota tujuan wisata.
Tentunya capan tersebut bukan sekadar pengantar seremonial. Ia menjadi penanda penting tentang transformasi sebuah kota kecil di ujung barat Sumatera Indonesia yang kini tak hanya menawarkan pesona alam, tetapi juga bentangan budaya yang sarat nilai dan cerita.
Selama lebih dari satu dekade terakhir, Sabang menjelma menjadi kanvas yang memesona dalam promosi pariwisata nasional. Goresannya datang dari strategi jitu Pemerintah Kota Sabang yang tak hanya menampilkan alam sebagai destinasi, tetapi juga budaya sebagai jiwa dari setiap kunjungan.
Tidak berlebihan jika dikatakan Sabang tak sekadar dikunjungi tetapi dirindukan bagi siapapun wisatawan yang pernah datang ke Sabang.
Sebagai salah satu kota tertua di Aceh, Sabang memiliki sejarah panjang sebagai pelabuhan niaga. Namun arah sejarah kini berubah Sabang lewat pariwisatanya menjadi mesin pertumbuhan ekinomi baru didorong oleh semangat pelestarian alam dan budaya.
Dan refleksi paling kuat dari perubahan ini tampak jelas dalam perayaan ulang tahun Kota Sabang yang kini bukan hanya milik pemerintah tetapi dirayakan bersama oleh warga, pelaku UMKM, seniman lokal, hingga komunitas kreatif.
Salah satu momentum paling berkesan adalah pada 2019, saat Pemerintah Kota Sabang menggelar dua event budaya besar yakni, Festival Khanduri Laot dan Lomba Masak Kuah Beulangong.
Dua perayaan ini menjadi titik temu antara adat dan pariwisata
Di sepanjang Jalan Diponegoro, tepatnya di depan Kantor Wali Kota Sabang, ribuan orang tumpah ruah.
Meja-meja panjang dipenuhi hidangan khas hasil gotong-royong warga dari rumah makan ternama di seluruh Aceh hingga SKPD dan organisasi lokal ikut serta meramaikan event perlombaan Festival Masak Kuah Beulangong.
Momen tersebut mencatat sejarah yang sangat luar biasa, karena merupakan yang pertama kali dipadukan dalam sebuah perayaan HUT Kota Sabang, dimana waktu itu dirayakan dengan makan bersama dalam skala besar berlangsung di jantung Kota Sabang.
Tidak hanya menjadi ajang promosi kuliner Festival Kuah Beulangong juga memperlihatkan filosofi Aceh bahwa, makanan adalah jembatan kebersamaan merajut kekeluargaan. Selanjutnya dibingkai dengan ritual bahari yang diangkat menjadi panggung perlombaan dalam helatan yang sungguh meriah berupa Festival Khanduri Laot.
![]() |
Foto | Tetua adat di Sabang saat mekalukan tepu tawar di Pelabuhan CT-3 menandakan acara adat melaut segera dimulai |
Tak ayal event tersebut menyedot perhatian banyak wisatawan baik domestik maupun wisatawan dari berbagai manca negara. Terpusat di Dermaga CT-3, perayaan Khanduri Laot merupakan bentuk penghormatan para nelayan terhadap laut dan segala isinya.
Tradisi turun-temurun ini dihidupkan kembali, lengkap dengan prosesi adat, zikir bersama, hingga pelepasan jaring ke laut sebagai simbol restu untuk kembali melaut.
Menurut Andri Nourman, prosesi ini bukan sekadar atraksi. Ini adalah warisan yang masih hidup. Sebelum acara adat dilaksanakan, nelayan dilarang melaut. Ini bentuk penghormatan terhadap laut dan Sang Pencipta.
Meski tanpa pengorbanan kepala hewan sebagaimana dilakukan nenek moyang terdahulu, esensi Khanduri Laot tetap dijaga sesuai syariat islam. Kini, ritual itu menjadi bagian dari identitas Sabang yang mulai dikenal ke dunia luar sebagai kekayaan budaya maritim yang otentik. Meskipun diketahui pada saat Pandemi COVID-19 menghantam keras sektor pariwisata Sabang.
Banyak pelaku wisata kehilangan mata pencaharian
Mulai dari hotel, homestay, rental kendaraan, hingga pelaku kuliner gulung tikar. Namun semangat tak padam. Pemerintah Kota Sabang merancang kembali langkah-langkah pemulihan, dan tahun 2022 menjadi awal denyut baru kembalinya pariwisata Sabang.
Salah satu strategi yang terbukti efektif adalah digelarnya kembali event besar Sabang Marine Festival (SMF). Sehingga dalam waktu singkat, SMF menjelma sebagai ikon baru yang menggabungkan olahraga air, kebudayaan lokal, hingga pelestarian lingkungan.
Tak hanya itu, pada 2024, SMF berhasil masuk ke dalam Karisma Event Nusantara (KEN) kalender resmi event nasional dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
Peluncuran KEN 2024 di TMII Jakarta menjadi momen penting. Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno memberikan dukungan penuh. “Event ini efektif mempromosikan destinasi dan menggerakkan ekonomi masyarakat,” ujarnya.
Waktu itu, SMF 2024 menampilkan kolaborasi lintas desa yang inovatif dan inspiratif. Enam desa wisata di Kota Sabang ambil bagian, dengan program khas masing-masing yakni Gampong Aneuk Laot menampilkan Lomba Pacu Jaloe & Eksibisi Perahu Naga, Gampong Ie Meulee menggelar Fishing Tournament dan Gampong Kuta Barat mengadakan Kejuaraan Renang Pesisir & Festival Jajanan Kongsi.
Selanjutnya, Gampong Kuta Timu menampilkan Festival Geulayang Tunang dan Gampong Anoi Itam melaksanakan Khanduri Adat Meulaot dan Tiek Jeu serta diikuti juga Gampong Teupin Ciriek: Launching Rumah Nemo serta coral & coastal clean up.
Sementara puncak acara yang berlangsung di Tugu Merah Putih dipenuhi rubuan masyatakat dan para wisatawan yang hadir, event sangat meriah dan semarak ketika pawai kapal nelayan yang sudah dihiasi memenuhi teluk Sabang diramaikan dengan atraksi flyboard dan atraksi paralayang.
Hingga puncaknya penampilan tarian kolosal memberi kesan pengalaman multisensori luar biasa bagi pengunjung.
Kini, harapan selanjutnya akan tertuju pada Juni 2025. Ulang Tahun Kota Sabang direncanakan akan kembali menjadi panggung budaya perayaan rakyat, dan refleksi tentang apa arti menjadi “ujung barat Indonesia” dalam konteks yang lebih luas.[ADV]
0 Komentar