Benang Merah Kisah Nabi Syam'un dan Asal Usul Malam Lailatul Qadar

uci Diketahui terlebih dahulu, Nabi Syam'un Ghozi AS memiliki beberapa julukan lain, di antaranya Syamsyawn, Syam'un, Simson (bahasa Ibrani), Shimshon (bahasa Tiberias), dan Samson (Alkitab Nasrani).
Nama Syam'un sendiri berarti "yang berasal dari matahari" dan al-Ghozi artinya "yang berasal dari Ghazi (Ghaza, Palestina)”. Sosoknya menjadi hakim ketiga terakhir di zaman Israel kuno.
Syam'un Ghozi diketahui memiliki mukjizat, yakni mampu membengkokkan besi hingga merobohkan istana. Kisahnya turun-temurun diceritakan di jazirah Arab, bahkan jauh sebelum Nabi Muhammad SAW lahir.
Mengutip Kitab Muqasyafatul Qulub karangan Imam Al-Ghazali, dikisahkan suatu ketika Rasulullah tengah berkumpul dengan para sahabat di bulan Ramadhan. Berceritalah Rasul mengenai kisah Nabi Syam'un Ghozi.
Ilustrasi Amalan Malam Lailatul Qadar. Sumber: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Amalan Malam Lailatul Qadar. Sumber: Pixabay
Dimulai dengan menceritakan asal-usulnya, Nabi Syam’un diutus ke tanah Romawi untuk memerangi kaum kafir yang menentang ketuhanan Allah. Kaum tersebut dipimpin oleh Raja Israil.
Guna menundukkan Nabi Syam’un, raja Israil pun melakukan berbagai cara dan tak ada yang berhasil. Namun, pada akhirnya Raja Israil berhasil juga yakni memanfaatkan istri Nabi Syamun.
Rasa sayang yang besar kepada sang istri membuat Nabi Syam'un tak curiga. Ia pun membeberkan rahasia mukjizatnya: "Jika kau ingin mendapatkanku dalam keadaan tak berdaya, maka ikatlah aku dengan potongan rambutku."
Sampailah saat ketika Nabi Syam'un tidur, tiba-tiba diikat menggunakan rambutnya oleh sang istri. Dia kemudian dibawa ke hadapan sang raja, disiksa hingga dibutakan matanya. Aksi brutal itu dipertontonkan di istana raja.
Atas perlakuan yang diterimanya, Nabi Syam'un berdoa kepada Allah. Ia memulai dengan bertaubat, lalu memohon pertolongan atas kebesaran Allah. Doanya tersebut kemudian dikabulkan. Tak lama, raja dan istananya, masyarakatnya, istri Nabi Syam’un, serta kerabat yang berkhianat, semuanya musnah.
Dari sana, Nabi Syam'un bersumpah kepada Allah untuk menebus dosa-dosanya, yakni dengan berjuang menumpas semua kebatilan dan kekufuran yang lamanya hinga 1.000 bulan tanpa henti. Semua atas hidayah dari Allah.
Ilustrasi Ramadhan. foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Ramadhan. foto: Pixabay
Dalam riwayat lain, ketika doanya dikabulkan Allah, Nabi Syam'un sendiri yang meruntuhkan seluruh istana. Setelahnya, Nabi Syam'un bersumpah untuk beribadah selama 1.000 bulan tanpa henti.
Tersenyum Rasulullah menyelesaikan cerita Nabi Syam'un yang berjihad selama 1000 bulan. Para sahabat pun berkata: "Ya Rasulullah, kami juga ingin beribadah seperti Nabiyullah Syam'un Ghozi."
Rasulullah terdiam sejenak, kemudian Malaikat Jibril datang dan mewahyukan kepadanya tentang satu malam yang sangat agung. Malam itu ada di Bulan Ramadhan, bahkan lebih baik daripada 1.000 bulan, yaitu Lailatul Qadar. akhir cerita mengundang pertanyaan seorang sahabat: "Apa yang membuatmu tersenyum wahai Rasulullah?"
Rasulullah SAW pun menjawab: "Diperlihatkan kepadaku hari akhir ketika di mana seluruh manusia dikumpulkan di Mahsyar. Semua Nabi dan Rasul berkumpul bersama umatnya masing-masing, masuk ke dalam surga. Ada salah seorang Nabi dengan membawa pedang yang tidak mempunyai pengikut satupun masuk ke dalam surga, dia adalah Nabi Syam'un." (bob)
Sumber : kumparan.com

0 Komentar